Pekalongan – Ibu dan anaknya menjadi korban banjir bandang yang terjadi di Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Banjir bandang terjadi usai tanggul di embung milik salah satu pabrik sepatu jebol lantaran tidak kuat menampung air akibat intensitas hujan tinggi.
1. Bendungan Buatan Pabrik
Cipto (47), seorang warga wilayah RT 01/RW 01 mengatakan peristiwa terjadi usai hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Menurutnya, air berasal dari bendungan buatan yang jebol milik PT Hardases Abadi Indonesia (HAI) yang tidak jauh dari permukiman desa setempat.

Bendungan tersebut tidak mampu menampung air hujan dan akhirnya melimpas ke permukiman, pada Rabu (13/3/2024), sekitar pukul 19.00 WIB. Ia sendiri sempat terjebak di dalam rumah dengan ketinggian air dan material lumpur hingga satu meter.

“Sekitar jam 19.00 WIB, sebelumnya memang hujan sejak sore deras, berhenti lalu hujan lagi. Saya masih di dalam rumah, tiba-tiba, ada suara gemuruh, warga terdengar pada panik teriak, tahu-tahu air sudah masuk ke rumah-rumah. Aku sendiri terperangkap di dalam, nggak bisa keluar, air deras bersama material lumpur,” ungkap Cipto kepada detikJateng, Rabu (13/3/2024).

Selain membawa material lumpur, air juga membawa material rumah yang hancur dari atas akibat terjangan banjir bandang yang cukup deras tersebut.

“Di dalam satu meter. Airnya deras, sampai jebol bangunan belakang. Barang elektronik dan belanjaan sembako, basah semua,” ungkapnya.

Akibat banjir bandang tersebut, sejumlah rumah warga hilang. Demikian juga ada warga yang dilaporkan hanyut tersapu banjir bandang.

“Rumah-rumah yang di atas hilang nggak tahu jumlahnya berapa. Ada warga yang hilang dua, iya ibu dan anak, masih dalam pencarian. Puluhan rumah rusak terutama yang di bawah sini,” ungkapnya.

Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, PMI, BPBD, serta relawan melakukan pencarian dua korban dan melakukan evakuasi material. Pencarian ibu dan anaknya dilakukan hingga pukul 22.00 WIB.

2. Sebelumnya Tak Pernah Terjadi
Dikatakan Cipto, sebelumnya tidak pernah terjadi banjir bandang seperti ini. Genangan banjir dengan kondisi air yang cukup deras terjadi selama 30 menitan.

“Selama nenek moyang kami ada di sini, tidak pernah terjadi banjir bandang seperti ini. Kemungkinan di atas lokasi pembangunan pabrik, kayak ada bendungan, terus jebol,” ungkapnya.

“Sekitar 30 menitan. Kita takut semua,” tambahnya.

3. Ibu-Anak Tewas Terseret Banjir
Korban bernama Warsilah (38) dan anaknya SF (10) hanyut terbawa arus banjir. Keduanya akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia beberapa jam kemudian.

SF ditemukan 10 meter dari lokasi penemuan jasad ibunya.

“Ya, untuk korban bernama SF umur 10 tahun sudah ditemukan, laporan lengkap menyusul,” kata relawan SAR Bumi Santri, Nindhomudin, saat dihubungi detikJateng, Rabu (13/3/2024) malam.

Ditemui terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pekalongan, Budi Rahardjo, menyampaikan dua korban banjir bandang sudah ditemukan dan dibawa ke RSUD Kajen.

Jenazah ibu dan anak dimakamkan berdampingan di pemakaman desa setempat. Kedua jenazah sempat disemayamkan di Balai Desa Wangandowo selama 25 menit sebelum diantar ke peristirahatan terakhir.

4. Suami Korban Sempat Menolong
Suami dan ayah korban meninggal, Wasturi tampak berduka dengan matanya yang sembab. Dia terlihat harus dipapah oleh kerabatnya saat melihat jenazah istri dan anaknya itu dari mobil ambulans.

Pandangannya pun tampak kosong saat melihat jenazah istri dan anak semata wayangnya terakhir kali.

Suami korban disebutnya telah berupaya untuk menolong keduanya. Tapi karena arus sungai terlalu deras dan keduanya pun hanyut.

“Arus begitu besar, kayak ombak. Tiga ponakan saya terbawa, satu selamat dua meninggal. Yang lakinya (suaminya), kepalanya luka. Saat kejadian mereka berupaya menyelamatkan diri,” ujar salah satu kerabat korban, Sipon Karso (52).

5. Pihak Pabrik Tanggung Jawab
Alex Sapri, perwakilan dari PT HAI mengaku siap akan bertanggung jawab atas peristiwa banjir bandang tersebut.

“Prinsipnya, kami bertanggung jawab sepenuhnya. Apapun yang terjadi,” ungkapnya.

Diakuinya, penampungan air di lokasi pabrik sepatu tersebut merupakan sebuah danau buatan yang disiapkan untuk kebutuhan air. Namun ia akui belum selesai pengerjaannya.

“Tadinya itu danau. Untuk penampungan air. Cuman pada saat ini, memang belum selesai pekerjaannya. Itu untuk penampungan air, danau buatan, tangkapan air, Resapan air,” ungkapnya.

Meski begitu, Alex tidak mau ini disebut sebagai kelalaian perusahaannya bila dikatakan saat membangun penampungan air tidak memperhatikan kondisi di awalnya penuh dengan permukiman.

“Kalau dibilang kelalaian, ini curah hujan. Faktor alam. Bukan saya menyalahkan faktor alam. Kondisi saat ini memang seperti itu,” katanya.

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Kombes Pol Andhika Bayu Adhittama, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Suryadi, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kompol Joko Lelono, AKBP Hary Ardianto, AKBP Bronto Budiyono