BANYUWANGI – Ancaman gempa megathrust yang diprediksi akan mengguncang Indonesia telah memicu langkah antisipatif dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Sebagai salah satu daerah yang berpotensi terdampak, Banyuwangi kini memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana alam yang berisiko tinggi ini.

Di tengah ketidakpastian kapan gempa megathrust bisa terjadi, Kabupaten Banyuwangi melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengambil langkah proaktif dengan menggelar Apel Siaga Antisipasi Megathrust, Selasa (27/8).

Acara yang berlangsung di Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran ini menjadi tonggak penting dalam upaya memperkuat kapasitas daerah dalam mitigasi bencana.

Dalam apel siaga yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemerintah daerah, Forpimka, hingga relawan desa, fokus utama adalah pada edukasi dan latihan simulasi evakuasi. Kegiatan ini menandai komitmen Banyuwangi dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja.

Kepala Pelaksana BPBD Banyuwangi, Danang Hartanto menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana.

“Kami tidak hanya fokus pada infrastruktur, tetapi juga pada kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat. Bencana alam tidak dapat dihindari, tetapi dampaknya bisa diminimalisir dengan persiapan yang matang,” ujarnya.

Danang menambahkan apel siaga di Pancer ini tidak hanya sebatas formalitas. Sebuah simulasi evakuasi digelar, dimana warga yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang evakuasi, bergerak cepat menuju titik-titik aman di dataran tinggi.

“Simulasi ini dirancang agar masyarakat terbiasa dan terlatih menghadapi situasi darurat yang sebenarnya,” pungkasnya.

Selain itu, BPBD Banyuwangi juga telah memasang Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS) di berbagai titik krusial di sepanjang pesisir selatan Jawa Timur. Pemasangan ini dimaksudkan untuk memberikan peringatan dini jika terjadi gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami, sehingga masyarakat memiliki cukup waktu untuk melakukan evakuasi.

BPBD juga aktif melakukan uji coba EWS setiap bulannya untuk memastikan bahwa sistem ini berfungsi dengan baik. “Kami uji coba setiap tanggal 26, dan hasilnya sejauh ini cukup memuaskan. Tapi kami tidak boleh lengah, karena kita tidak tahu kapan bencana itu datang,” kata Danang.

Sebagai bagian dari rencana jangka panjang, BPBD Banyuwangi berencana membangun beberapa shelter atau tempat evakuasi di daerah-daerah yang dianggap strategis, salah satunya di Gumuk Soinem, Pancer. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki tempat yang aman jika evakuasi massal diperlukan.

Dengan semua upaya ini, Banyuwangi berharap dapat mengurangi risiko dan dampak dari gempa megathrust dan tsunami yang mungkin terjadi. Melalui edukasi yang berkelanjutan, simulasi, dan penguatan infrastruktur, Banyuwangi bersiap untuk menghadapi potensi bencana dengan lebih baik.

 

Polresta Banyuwangi, Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Nanang Haryono, Banyuwangi, Jawa Timur, Polda Jatim, Polres Banyuwangi, Resta Banyuwangi, Kepolisian Resor Kota Banyuwangi, Polisi Resor Kota Banyuwangi, Polisi Banyuwangi, Kota Banyuwangi, Pemkab Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Nanang Haryono