SEMARANG – Maraknya ganster di Kota Semarang, membuat banyak pihak prihatin.

Merujuk catatan kepolisian, dari bulan Januari-September 2024 tercatat ada 21 kejadian yang menyangkut kelompok gangster.

Sebanyak 117 anggota gangster turut diamankan. Sementara, dalam sepekan lalu terdapat lima kasus gangster yang melibatkan 49 anak, dengan 23 anak ditahan.

Mirisnya, akibat ulah gangster ini satu mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang bernama Muhammad Tirza Nugroho Hermawan (21) tewas dengan luka bacok, Selasa (17/9/2024).

Polrestabes Semarang dan Pemerintah Kota Semarang pun sepakat untuk bersama-sama memberantas gangster di Kota Semarang.

Mereka duduk bersama dengan para lembaga terkait lainnya untuk membentuk mekanisme pencegahan dan penanganan gangster yang akhir-akhir ini cukup meresahkan.

“Melihat kondisi tersebut, kami akhirnya sepakat untuk meningkatkan patroli bersama tiga pilar dan mengaktifkan pos keamanan lingkungan (pos kamling) di tingkat kelurahan,” jelas Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar selepas acara Forum Grup Discussion (FGD) bersama Pemkot Semarang di Mapolrestabes, Jumat (20/9/2024).

Menurut Irwan, pembahasan soal pencegahan dan penanganan gangster remaja mutlak diperlukan lantaran tindakan mereka sudah merujuk ke kriminalitas.

Padahal peristiwa kriminal tersebut berbuntut pada konsekuensi hukum.

Di sisi lain, para gangster remaja ini masih berusia anak sehingga bisa merusak masa depannya.

“Kami bersama Ibu Walikota dan stakeholder terkait sepakat, fokus utama dalam penanganan gangster ini pada deteksi dini dan pencegahan,” terangnya.

Dalam hal pencegahan dan deteksi dini, lanjut Irwan, dibutuhkan peran keluarga, lembaga pendidikan dan lingkungan.

“Dari kacamata kepolisian ada dua sisi yang bisa kami lakukan meliputi penindakan hukum dan pencegahan. Kami ingin utamakan pencegahan,” ungkapnya.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, atau yang akrab disapa Mbak Ita mengatakan, deteksi dini dan pencegahan terhadap potensi gangster tidak bisa dilakukan oleh polisi saja. Sebaliknya, semua pihak dari keluarga, lingkungan RT/RW, kelurahan, hingga kecamatan perlu melibatkan diri.

“Harapannya tidak hanya polisi yang terlibat karena polisi anggotanya terbatas. Jadi harus seluruh masyarakat saling mengawal membuat anak-anak tidak terlibat gangster,” ungkap Mbak Ita.

Pihaknya juga bakal melakukan inventarisir terhadap anak-anak yang pernah terlibat dalam kelompok gangster.

Selain itu, pihaknya juga akan mengaktifkan dan memasifkan gugus pencegahan soal kasus ini di sekolah-sekolah Semarang. “Kami akan duduk bersama memulai dari keluarga lalu ke tingkat sekolah,” terangnya.

Ita mengaku prihatin dengan kondisi Semarang yang darurat dengan kelompok gangster remaja. Dia sendiri melihat rekaman-rekaman ulah kelompok remaja tersebut yang menggunakan senjata tajam.

Kelompok gangster ini juga aktif membagikan aktivitasnya di media sosial.

“Kami berupaya agar darurat gengster ini bisa dikikis dan anak-anak bisa kembali lagi menatap masa depan,” tuturnya.

Mbak Ita juga mewanti-wanti agar pelajar yang terlibat gangster tidak dikeluarkan dari sekolah karena anak yang bersangkutan bisa bertindak lebih parah lagi.

“Nanti perlu pendekatan yang dilakukan dari psikolog dan kepolisian kepada anak-anak yang terlibat. Tidak mudah tapi kalau semua terlibat ini bisa selesai,” katanya.

sumber: TribunBanyumas.com

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Suryadi, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Kepolisian Daerah Jateng, Polisi Jateng, Polri, Polisi Indonesia, Artanto, Ribut Hari Wibowo