Banyuwangi – Jalan tol Probolinggo–Banyuwangi (Probowangi) dipastikan akan dilanjutkan hingga seksi ke-7 yang berhenti di Banyuwangi.
Kepastian itu ditegaskan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono saat berkunjung ke Banyuwangi, Sabtu lalu (13/7).
Jalan tol yang saat ini sudah masuk wilayah Situbondo dipastikan akan dilanjutkan sampai ke Banyuwangi.
Setidaknya pada akhir 2025 nanti, pengguna tol sudah bisa menikmati perjalanan langsung dari Surabaya sampai Banyuwangi tanpa harus keluar dari jalan tol.
”Sekarang sudah sampai Besuki lebih sedikit. Nanti orang yang akan ke Bali akan lebih banyak dengan kendaraan daripada pesawat. Ini yang harus disiapkan Banyuwangi sejak sekarang,” kata Basuki kala itu
Kondisi ini seolah menjadi warning bagi para penyedia jasa angkutan, terutama di Pelabuhan Ketapang yang selama ini masih kerap kewalahan saat terjadi peningkatan volume kendaraan secara mendadak.
Antrean masih kerap terjadi saat peak season seperti Hari Raya Idul Fitri dan musim libur sekolah.
Wisatawan yang hendak ke Bali harus menunggu lama gara-gara macet.
Masyarakat Banyuwangi yang akan beraktivitas juga ikut terdampak antrean tersebut.
Kondisi ini sempat menjadi perhatian penasihat DPP Gapasdap Bambang Haryo Soekartono.
Anggota DPR RI terpilih itu menilai infrastruktur pelabuhan perlu dibenahi agar bisa menampung peningkatan jumlah kendaraan yang terjadi saat ini.
Tidak efektifnya dermaga LCM dan terbatasnya kapasitas dermaga MB III di Ketapang menjadi salah satu hal yang disoroti.
Bambang pun mengusulkan agar Pelabuhan Ketapang menambah dua dermaga lagi di setiap sisi. Sehingga, total ada sepuluh dermaga yang bisa dipakai.
”Perbaikan infrastruktur dermaga wajib dilakukan ASDP. Kalau ASDP punya uang bisa membangun dermaga sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar tidak ada lagi kepadatan saat peak season,” tegas Bambang.
General Manager PT ASDP Ketapang Syamsudin mengatakan, jika tahun depan exit tol Probowangi sampai di Banyuwangi, pelabuhan memang harus berbenah.
Terkait penambahan jumlah dermaga, sudah ada usulan yang disampaikan ke pusat. Dia berharap usulan itu bisa disetujui sehingga pengerjaannya bisa segera dilakukan sebelum tol usai.
”Ada kereta api langsung dari Jakarta dan jalan tol ke Banyuwangi. Ini pasti akan berdampak pada peningkatan jumlah kendaraan yang cukup tinggi ke pelabuhan, termasuk bus dan travel nantinya,” kata Syamsudin.
Saat ini, dalam kondisi normal jumlah kendaraan yang menyeberang dari dua sisi Ketapang dan Gilimanuk mencapai 12 ribu kendaraan campuran.
Artinya, di satu sisi pelabuhan ada 5.000 sampai 6.000 unit kendaraan yang menyeberang.
Salah satu persiapan yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah menjadikan Dermaga Bulusan yang selama ini hanya digunakan untuk kondisi darurat sebagai dermaga aktif.
Perlu ada pembangunan dermaga Bulusan untuk membuat dermaga tersebut bisa melayani proses bongkar dan muat kapal.
”Dermaga Bulusan jika bisa menjadi dermaga aktif akan sangat membantu distribusi kendaraan,” jelas Syamsudin.
ASDP berencana membangun jalur connecting untuk menghubungkan dermaga LCM dengan Dermaga Bulusan.
Baca Juga: Pembalap International Tour de Banyuwangi Ijen Mulai Datang, Siap Menjajal Rute Terekstrem
Entah itu menggunakan model jembatan trestel atau melakukan pembebasan lahan dengan jalur darat sehingga kendaraan dari LCM bisa langsung ke dermaga Bulusan.
”Untuk realisasinya semua tergantung persetujuan pusat. Yang paling cepat menggunakan memfungsikan Dermaga Bulusan cukup membantu mengatasi kondisi kepadatan kendaraan,” terang Syamsudin.
Di Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk saat ini ada 52 kapal yang beroperasi.
Jumlah ini dianggap cukup banyak jika dibandingkan dengan jumlah dermaga yang tersedia. Dengan penambahan dermaga diharapkan kapal-kapal itu tak harus sering mengantre.
”Jumlah kapal memang cukup banyak. Infonya juga akan ada lagi kapal yang masuk dengan jumlah dermaga yang masih sama,” tandas Syamsudin. (*)
sumber : radarbanyuwangi