Semarang – Pemilihan Umum telah selesai, 14 Februari 2024. Hasilnya menurut perhitungan cepat (quick count) sudah bisa dibaca, pasangan 02 unggul atas pasangan 01 dan 03. Sambil menunggu perhitungan manual riil count oleh KPU, pemilu 2024 kali ini diyakini cukup berjalan satu putaran, karena pasangan 02 telah memperoleh dukungan suara 50% lebih. Sehingga selain bisa menghemat biaya pemilu, juga tidak menghabiskan energi untuk kepentingan kampanye berebut suara masa.

Hasil pemilu ini tentu tidak memuaskan semua pihak. Pihak yang menang pasti merasa puas, menganggap pemilu telah berjalan sukses, jujur, adil, dan damai. Sementara pihak yang kalah pasti merasa kecewa, menganggap ada kecurangan, manipulasi suara di sana sini, dan bahkan mencari-cari alasan untuk menggugat, atau setidaknya sekedar melakukan protes.

Lalu bagaimana kita mensikapi hasil pemilu ini, agar persatuan tetap terpelihara, agar ukhuwah berbangsa (wathaniyah) tetap terjaga, agar meskipun tokoh pilihannya atau partainya berbeda tetapi tetap rukun bertetangga, agar meskipun calon idolanya tidak jadi tetapi tetap bersama dan bersaudara?.

Ada beberapa sikap yang kiranya bisa kita terapkan untuk menerima perbedaan dan kenyataan apapun yang menimpa :
Kita patut bersyukur pemilu terbesar di dunia ini berjalan lancar, tertib, dan aman. Pemilu di Indonesia ini adalah hajat besar lima tahunan yang menghabiskan anggaran negara sangat besar, mencapai Rp71,3 triliun. Anggaran penyelenggaraan Pemilu sendiri sebesar Rp 38,2 triliun untuk satu putaran.

Betapa besarnya hajat pemilu ini kita bisa lihat Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 204.807.222 pemilih, baik dalam dan luar negeri. Jumlah tempat pemungutan suara (TPS) Pemilu 2024 ini sebanyak 823.220 tempat/titik, dengan rincian sebanyak 820.161 TPS dalam negeri dan 3.059 TPS di luar negeri. Jika 1 TPS ditangani oleh 7 KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara), maka ada 5.762.540 orang yang terlibat dalam pelaksanaan pemilu.

Pelaksanaan pemungutan suara tanggal 14 Februari kemaren, secara umum berjalan dengan lancar dan aman diseluruh wilayah RI. Oleh karena itu patut kita syukuri bersama, sebagai bentuk nikmat Allah swt yang amat sangat mahal harganya. Agar ke depan Allah menambahkan nikmat-nikmat yang lain, terutama nikmat persatuan dan keutuhan NKRI.

Kita sudah berikhtiar dengan tenaga, pikiran dan modal. Maka hasilnya kita tawakkal, kita serahkan kepada Allah swt. Kita para pemilih sudah berusaha semampunya untuk mengenali sosok-sosok calon atau partai yang akan kita pilih, mulai dari rekam jejaknya, visi misinya, dan program-program yang ditawarkan dalam kampanye.

Meskipun hal ini tidak mudah, karena banyaknya calon legislatif pada masing-masing partai dan masing-masing dapil. Dengan berbagai pertimbangan yang rasional, kita sudah tentukan pilihan dan suara sudah kita berikan di TPS.
Jika ternyata pilihan kita tidak jadi atau tidak mendapatkan dukungan suara yang cukup, maka tidak perlu marah, kecewa, dan putus asa.

Jalan bagi seorang muslim adalah bertawakkal. Serahkan semua urusan kepada Allah yang Dzat Yang Maha memiliki segala urusan. Allah swt berfirman :

وَلِلَّهِ غَيْبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ ٱلْأَمْرُ كُلُّهُۥ فَٱعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.(QS. Huud : 123)

Orang-orang beriman harus bertawakal atas semua yang menimpa dirinya :

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal (QS. At Taubah : 51).

Kita harus meyakini, bahwa akal manusia sangat terbatas. Tidak semua keinginan menjadi kenyataan. Tidak semua ikhtiar kita berhasil seperti yang kita harapkan. Sebaliknya, banyak hal yang kita jauhi, justru terjadi.

Hal-hal yang kita tidak inginkan justru menjadi kenyataan. Hidup ini tidak seperti rumus matematika. Dua tambah dua sama dengan empat. Dalam kehidupan, ada orang yang bekerja keras, banting tulang peras keringat, waktunya habis sampai tua, tetapi ternyata dia tetap miskin.

Sebaliknya, ada orang yang kerjanya biasa-biasa saja, tetapi menjadi kaya raya. Ada orang yang rajin olah raga, makan dan istirahat teratur, mestinya dia sehat berumur panjang. Tetapi banyak yang sakit dan meninggal mendadak justru di lapangan olah raga.

Kita harus yakinkan hati kita, bahwa tidak semua ikhtiar menjadi nyata. Karena ada Allah Dzat yang Maha mengatur dan menentukan. Ada campur tangan dari Allah Yang Maha Kuasa. Ada ketetapan, qadlo dan taqdir Allah yang sudah tertulis. Maka tahapan setelah ikhtiar yang maksimal adalah tawakkal.Jika berhasil kita bersyukur, dan jika kita gagal maka tetap sabar. Hati akan tenang.

Pilihan dan pendapat kita tidak absolut kebenarannya, tetapi subyektif. Bisa benar bisa salah. Atau setengah benar dan setengah salah. Tokoh yang kita sanjung dan kemudian kita pilih dengan penuh harapan akan membawa kemajuan ke depan, belum tentu ke depan tetap baik. Sebaliknya tokoh yang kita benci, belum tentu.

Bisa jadi ke depan menjadi lebih baik. Maka dalam syari’ah Islam diajarkan agar kita bersikap khusnuddan, berfikir positif dan obyektif. Menilai seseorang dari sisi kelebihan dan kekuarangannya. Jangan cinta kita kepada seseorang nejadikan mata kita buta untuk melihat kekuarangan-kekurangannya.

Sebaliknya, jangan karena kebencian, kemudian menutup mata kita untuk mengakui kelebihan seseorang. Al Qur’an mengajarkan :
وَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡ‌ۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah :216).

Kita harus meyakini bahwa perbedaan adalah sunnatullah. Orang awam bilang, hukum alam. Tidak mungkin sampai kapanpun, kehidupan ini mencapai pada titik keseragaman. Menjadi beriman beribadah dan masuk surga semua, ingkar maksiat dan masuk neraka semua, pintar kaya dan berzakat semua, bodoh miskin dan meminta-minta semua, menjadi pejabat dan berkuasa semua.

Sudah digariskan oleh Allah swt bahwa kehidupan ini berjalan dan dinamis karena banyak warna, berbeda-beda. Allah swt berfirman :

وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِى الْاَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۗ اَفَاَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kalian (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (Q.S. Yunus:99).

Di Indonesia kita ini, sampai kapanpun tidak mungkin hanya ada satu partai saja, atau satu calon saja. Akan ada partai yang tutup karena tidak laku, tetapi juga akan terus tumbuh partai-partai baru dengan berbagai corak ideologi dan perjuangannya. Karena berorganisasi dan berpendapat adalah hak asasi setiap orang yang dijamin oleh konstitusi.

Oleh karena itu, ikhtiar kita bukan bagaimana mewujudkan keseragaman partai atau organisasi, atau berusaha agar semua orang satu pendapat dan satu pilihan. Hal ini tidak mungkin, karena melawan sunnatullah. Yang harus kita usahakan adalah mengembangakan sikap kedewasaan dan toleransi, saling menghormati dan dan menghargai, meskipun berbeda partai atau pilihan, atau berbeda keyakinan sekalipun.

Semoga Allah swt selalu memberikan kelapangan dada dewasa untuk menerima perbedaan, sehingga kita bisa tetap bersaudara, berukhuwah dalam berbangsa dan bernegara.

Khutbah Jum’ah di Masjid Baitul Hasib BPK Jawa Tengah, 5 Sya’ban 1445H/ 16 Februari 2024M.

sumber : jatengdaily.com