BeritaCurrent IssueJelajah

Terungkap 5 Fakta Mengapa dr Sunardi Ditembak Mati Densus 88

Solo – Salah satu berita dari Jawa Tengah yang paling banyak mendapatkan perhatian pembaca yakni soal kasus terorisme di Sukoharjo. Seorang tersangka teroris, dokter Sunardi, ditembak mati oleh Densus 88 pada Rabu (9/3).

Berikut ini sejumlah fakta yang terungkap dari kasus ini.

Dokter Sunardi berstatus tersangka

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengungkap status dokter Sunardi telah ditetapkan sebagai tersangka sebelum penangkapan pada Rabu (9/3) malam.

Upaya penangkapan Sunardi terjadi di Jalan Bekonang, Sukoharjo, Jateng, pada Rabu (9/3) malam. Polisi, kata Ramadhan, melakukan tindakan terukur berupa penembakan terhadap Sunardi lantaran melawan saat akan ditangkap. Sunardi kala itu juga menabrakkan mobilnya ke mobil petugas dan warga.

Dia menjelaskan pihak Densus 88 telah memperkenalkan diri kepada Sunardi sebelum hendak melakukan penangkapan. Kemudian, petugas berusaha menghentikan kendaraan Sunardi, namun Sunardi melawan.

Sunardi tabrakkan mobil ke petugas

Ramadhan mengatakan Sunardi menabrakkan mobilnya ke arah petugas yang berusaha menghentikannya.

Polisi juga sempat mencoba membujuk Sunardi dengan cara naik ke bak belakang mobilnya. Namun Sunardi kemudian tetap melajukan kendaraannya dengan kencang secara zigzag untuk menjatuhkan petugas yang berada di bagian belakang mobilnya.

Ramadhan mengatakan dua polisi yang hendak menangkap Sunardi terluka. Tak hanya itu, Sunardi juga menabrak kendaraan roda 4 dan roda 2 milik warga yang sedang melintas.

Sunardi terlibat Jemaah Islamiyah (JI)

Ramadhan membeberkan keterlibatan Sunardi dalam jaringan terorisme di Indonesia. Dia mengungkap, Sunardi adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI). Dia mengatakan Sunardi pernah menjabat sebagai Amir Khidmat JI, Deputi Dakwah dan Informasi, penasihat Amir JI, dan penanggung jawab Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI).

Pernyataan dari pihak keluarga Sunardi

Juru bicara keluarga Sunardi, Endro Sudarsono, angkat bicara tentang beberapa hal. Salah satunya soal status Sunardi sebagai tersangka terorisme.

Saat diwawancarai pada Jumat (11/3), Endro menegaskan satu-satunya dokumen yang telah diterima oleh keluarga terkait tewasnya dokter Sunardi adalah sertifikat kematian yang dikeluarkan RS Bhayangkara Semarang.

“Sejauh ini sudah ada 3 advokat senior yang siap mendampingi keluarga untuk menempuh jalur hukum terkait penembakan terhadap dokter Sunardi oleh Densus 88,” kata Endro.

Semasa hidupnya, Sunardi disebut kerap menyelenggarakan pengobatan gratis di kliniknya yang berada di wilayah Pasarkliwon, Solo.

Selain di klinik, Endro menambahkan, Sunardi juga rutin mengikuti kegiatan pengobatan gratis di sejumlah daerah. Tidak hanya di area Solo Raya, tetapi juga hingga ke luar Jawa.

IDI angkat bicara soal profesi Sunardi

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo, Arif Budi Satria, menemui keluarga dokter Sunardi di Gayam, Sukoharjo, Jumat (11/3).

“Kami di IDI selalu mengedepankan humanisme dan memang sesuai dengan kode etik dan sumpah dokter fokus kami adalah kemanusiaan itu yang pertama,” ujar Aris ditemui wartawan di dekat kediaman dr Sunardi, Jumat (11/3).

Yang kedua, lanjut Arif, perlu adanya penjelasan mengenai tak ada hubungan antara profesi Sunardi dengan keterlibatannya hingga menjadi tersangka kasus terorisme.

“Kita tahu berita kemarin bagaimana bahwa highlight yaitu masalah dokter. Sebenarnya kasus ini kan bukan dokternya ya kan, jadi kita memisahkan masalah profesi dengan kasus itu sendiri,” ucapnya.

IDI, kata Arif, akan fokus pada masalah profesi yang bersangkutan. Sedangkan masalah kasus yang menyeret nama dr Sunardi, menjadi kewenangan dari penegak hukum. Arif mengatakan ID merupakan organisasi yang resmi di bawah naungan NKRI dan undang-undang, patuh hukum dan mengedepankan konstitusi. Dalam kasus Sunardi, Arif menegaskan, IDI mengedepankan penegakan hukum. Di samping itu, lanjutnya, IDI mengakui asas praduga tak bersalah. Untuk mendapatkan informasi terkait kasus dokter Sunardi, Arif berencana mendatangi pihak kepolisian.

Arif juga menyampaikan, keterkaitan profesi dokter dengan dugaan terorisme menjadi sebuah kontradiktif. Mengingat, selama ini IDI fokus pada kemanusiaan sementara yang ada saat ini berkaitan dengan terorisme.

“Bahwa kita bersumpah akan menjadi kemanusiaan tapi kok melakukan tindakan terorisme itu nggak jelas, kontradiktif. Jangan sampai ada distorsi dan lain-lain,” beber Arif.

Pada kesempatan yang sama, Arif juga mengungkap Sunardi selama ini harus berjalan dengan alat bantu karena mengalami cedera saat menjadi relawan gempa Bantul pada 2006 silam.

Related Posts

1 of 1,776