KLATEN — Kasus adik aniaya kakak hingga meninggal di pekarangan depan rumah mereka di Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten, Rabu (24/4/2024), menguak kondisi kehidupan keluarga tersebut yang cukup tragis.

Ibu dari kakak beradik itu ternyata dalam kondisi sakit stroke dan hanya bisa berbaring di tempat tidur selama beberapa tahun terakhir. Diketahui, penganiayaan berujung pembunuhan itu melibatkan kakak beradik laki-laki. Masing-masing berinisial SP, 51, serta SAP, 58.

SP menganiaya kakaknya hingga meninggal dunia dengan luka di bagian kepala. Peristiwa pada Rabu malam itu sempat membuat geger warga sekitar.

Salah satu warga, Bambang, 47, menceritakan situasi saat terjadi keributan antara kakak-beradik itu yang berlangsung sekitar 30 menit. Saat itu, warga dikejutkan suara keributan dari rumah kakak-beradik itu. Warga yang mendengar keributan kemudian keluar rumah.

Sebagian warga berupaya meminta SP berhenti memukuli kakaknya. Namun, permintaan warga itu tak dihiraukan pria tersebut. Hingga akhirnya warga menghubungi polisi.

Setelah dicek, ternyata SAP sudah terkapar di pekarangan tepat di dekat pintu masuk pagar rumah. Sementara seusai kejadian SP duduk tak jauh dari korban dengan masih membawa kayu. SP kemudian diamankan polisi tanpa perlawanan.

“Kejadiannya sekitar 30 menit. Warga tidak ada yang berani mendekat. Kemudian menghubungi polisi. Dari Polsek datang itu kondisinya [korban] sudah terkapar dengan luka di bagian kepala,” kata Bambang saat ditemui Solopos.com, Kamis (25/4/2024).

Warga tak mengetahui penyebab SP menganiaya kakaknya hingga meninggal dunia. Sebelum kejadian, kakak-beradik itu masih akur bersama-sama membuat pagar rumah. Mereka bahkan sempat minum es teh bersama.

Sang Ibu Belum Tahu Anaknya Meninggal
Bambang menjelaskan kedua saudara kandung itu tinggal serumah bersama ibu mereka. Sang ibu sakit selama beberapa tahun terakhir dan kesulitan berjalan, hanya terbaring di tempat tidur.

Kepada warga, ibunda kakak-beradik itu bercerita mendengar keributan yang terjadi pada Rabu malam. Hanya, sang ibunda hingga Kamis siang belum mengetahui salah satu anaknya, SAP, meninggal dunia dan SP dibawa ke Polres Klaten.

“Ibunya cerita Mas SAP dan Mas SP padu [ribut]. Tetapi belum tahu kalau kondisinya seperti itu. Tahunya Mas SAP di rumah sakit ditunggu Mas SP,” kata Bambang.

Seusai kejadian itu, ibunda kakak beradik itu langsung dibawa ke rumah salah satu warga. Terkait kesehariannya, SAP disebut mengalami gangguan kejiwaan. Sehari-hari SAP hanya di rumah dan kerap teriak-teriak.

SP yang selama ini merawat dan berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk ibu dan kakaknya. SP yang menyiapkan dan menyuapi ibunya. Namun, SP sekitar setahun terakhir tidak bekerja. Sebelumnya, pria itu bekerja sebagai buruh bangunan.

“Sebelumnya bekerja sebagai laden tukang. Tetapi akhir-akhir ini karena mungkin badannya capai, lebih memilih merawat ibunya. Saat bekerja itu, setiap pukul 12.00 WIB ibunya mencari,” kata Bambang yang dibenarkan warga lainnya yang sebelumnya kerap menjadi partner kerja SP.

Perekonomian sehari-hari SP bersama kakak dan ibunya dibantu saudara-saudara kandung mereka yang tinggal di Jakarta. SP sehari-hari bergaul dengan warga lainnya dan sering berbelanja.

Sejumlah warga pun membenarkan SP dulu pernah dirawat karena mengalami gangguan kejiwaan. “Sepengetahuan saya dulu iya [SP mengalami gangguan kejiwaan]. Tetapi akhir-akhir ini biasa saja,” kata Bambang.

Motif Masih Diselidiki
Kasatreskrim Polres Klaten, AKP Yulianus Dica Ariseno Adi, menjelaskan polisi sudah memeriksa saksi-saksi, mengamankan barang bukti, serta mengamankan terduga pelaku. Dari keterangan saksi-saksi, terduga pernah menjalani perawatan di RSJD karena diduga mengalami gangguan kejiwaan.

“Untuk itu langkah yang kami ambil, kami akan melakukan observasi terkait kesehatan terduga apakah benar terduga mengalami gangguan jiwa atau tidak,” kata Kasatreskrim saat ditemui wartawan di Polres Klaten, Kamis (25/4/2024).

Polisi hingga kini juga masih kesulitan menelusuri latar belakang SP menganiaya kakaknya hingga meninggal dunia. “Motifnya kami masih kesulitan karena tadi malam kami juga sudah melakukan pemeriksaan dengan berbagai cara, pelaku belum bisa menjawab secara normal,” kata Kasatreskrim.

Kepala Desa (Kades) Gemblegan, Kalikotes, Klaten, Waluyo, mengatakan warga sempat berupaya melarang pelaku menganiaya korban. Namun, pelaku tak menghiraukan. Hingga akhirnya warga menghubungi polisi. Bhabikamtibmas bersama Babinsa kemudian mendatangi lokasi dan mengecek korban sudah dalam kondisi meninggal dunia.

Waluyo menjelaskan sebelumnya atau saat siang kakak-beradik itu masih bersama-sama memperbaiki pagar rumah hingga minum es teh bareng. “Penyebabnya karena apa kami juga kurang paham,” ungkap dia.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, garis polisi terpasang di pagar rumah yang menjadi lokasi kejadian penganiayaan berujung pembunuhan itu. Kondisi pekarangan rumah cukup luas. Peristiwa itu kini ditangani polisi.

Aparat Polres Klaten mengamankan sejumlah barang bukti yakni sepotong kayu dengan panjang 1,5 meter dan batu. Sementara jenazah korban dibawa ke RS Bhayangkara Polda DIY untuk menjalani autopsi.

sumber: solopos

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Suryadi, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kompol Joko Lelono, AKBP Hary Ardianto, AKBP Bronto Budiyono